1.
Pendahuluan
Layanan
konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar pribadi yang
dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu
kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana
komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan
hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya (Winkel, 2004)
Menurut
Kartini Kartono (2002) penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai
harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan,
dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan lain-lain emosi negatif
sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis.
Layanan
konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa
dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Apabila dinamika kelompok dapat terwujud
dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima dan berempati
dengan tulus. Konseling kelompok merupakan wahana untuk menambah penerimaan
diri dan orang lain, menemukan alternatif cara penyelesaian masalah dan
mengambil keputusan yang tepat dari konflik yang dialamimya dan untuk meningkatkan
tujuan diri, otonomi dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain.
Dengan demikian konseling kelompok memberikan kontribusi yang penting
dalam meningkatkan penyesuaian diri, apalagi masalah penyesuaian diri merupakan
masalah yang banyak dialami oleh siswa sehingga untukmengefisiensikan waktu
konseling kelompok dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling
individual.
2. Faktor Yang Mempengaruhi
Penyesuaian Diri
Zakiah
Darajat (1985: 24-27) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri seseorang adalah sebagai berikut:
a. Frustasi (Tekanan
Perasaan)
Frustasi
ialah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan, atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal
yang menghalangi keinginannya.
Pada
dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan untuk segera dipenuhi,
namun ada kalanya kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi karena
adanya halangan tertentu. Orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda
pemuasan kebutuhannya untuk sementara atau ia dapat menerima frustasi itu untuk
sementara sambil menunggu adanya kesempatan yang memungkinkan mencapai
keinginannya itu. Tetapi jika orang itu tidak mampu menghadapi frustasi dengan
cara yang wajar maka ia akan berusaha mengatasinya dengan cara-cara yang lain
tanpa mengindahkan orang dan keadaan sekitarnya atau ia akan berusaha mencari
kepuasan dalam khayalan. Apabila rasa tertekan itu sangat berat sehingga tidak
dapat diatasinya mungkin akan mengakibatkan gangguan psikologis pada orang
tersebut. Keadaan demikian apabila yang bersangkutan memandang faktor ini
sebagai sesuatu yang biasa tanpa beban maka frustasi itu tidak terlalu
dipandang sebagai sesuatu yang menghambat penyesuaian diri seseorang terhadap
keadaan sekitarnya.
b. Konflik (Pertentangan
Batin)
Konflik
jiwa atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih
yang berlawanan dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Konflik
dapat terjadi karena dua hal yang sama-sama diinginkan tetapi antara keduanya
tidak mungkin dicapai secara bersamaan, selain itu konflik juga terjadi karena
dua hal yang pertama diinginkan sedangkan yang kedua tidak disenanginya dan
dapat pula terjadi terhadap dua hal yang sama-sama tidak diinginkannya.
Keadaan-keadaan seperti ini sangat mempengaruhi penyesuaian diri seseorang
karena seseorang dihadapkan pada suatu pilihan yang menyebabkan perasannya
selalu terombang-ambing.
c. Kecemasan
Kecemasan
merupakan perwujudan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur pada saat
orang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin.Rasa cemas dapat timbul
karena menyadari akan bahaya yang dapat mengancam dirinya. Cemas dapat juga
berupa penyakit yang terlihat dalam beberapa bentuk seperti cemas dalam bentuk
takut akan benda-benda seperti darah, orang ramai dan lain-lain. Selain itu,
cemas dapat juga timbul karena perasaan berdosa atau bersalah karena melakukan
hal-hal yang berlawanan dengan hati nurani.
Penyesuaian
diri terdiri dari dua aspek yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial,
namun Hurlock (1999) tidak membedakan secara tegas ciri-ciri penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial yang baik. Menurut Hurlock, cirri-ciri
orang yeng berpenyesuaian baik adalah:
- Mampu bersedia menerima tanggung jawab yang sesuai dengan usia.
- Berpartisipasi dengan gembira dalam kegiatan yang sesuai untuk tiap tingkat usia dan kemampuan yang dimilikinya, misal kegiatan olah raga, pramuka, PMR dan lain-lain.
- Bersedia menerima tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mereka dalam hidup, mengadakan komunikasi dengan lingkungan.
- Segera menangani masalah yang menuntut penyelesaian masalah, misalnya konflik dalam pribadi.
- Senang memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan yang mengancam kebahagiaan. Misalnya mengadakan pergaulan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
- Mengambil keputusan dengan senang tanpa konflik dan tanpa banyak menerima nasehat. Artinya segala sesuatu yang diputuskan itu benr tanpa mendapat bantuan dari orang lain.
- g. Belajar dari kegagalan dan tidak mencari-cari alasan untuk menjelaskan kegagalan. Anak mampu menilai dari kegagalan untuk dijadikan dasar mengadakan perubahan dalam tindakan berikutnya.
- g. Dapat mengatakan “tidak” dalam situasi yang membahayakan kepentingan sendiri. Hal ini biasanya diucapkan atau dilakukan anak dalam kelompok mereka.
- h. Dapat mengatakan “ya” dalam situasi yang pada akhirnya akan menguntungkan. Pernyataan ini juga dapat dilakukan oleh anak-anak dalam kelompok tertentu.
- Dapat menunjukkan kasih sayang secara langsung dengan cara dan takaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan.
- Dapat menahan sakit dan frustasi, emosional bila perlu. Pernyataan-pernyataan ini biasanya dilakukan oleh anak dalam pembelaan terhadap kelompoknya maupun pembelaan terhadap pribadi.
- Dapat berkompromi bila menghadapi kesulitan. Hal ini menunjukkan anak ada kemampuan untuk menyesuaian diri dalam lingkungannya.
- Dapat memusatkan energi pada tujuan yang penting artinya anak lebih ,elakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
- Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak kunjung terakhir. Ini menuntut anak untuk selalu mengadakan penyesuaian diri sesuai dengan perkembangan dan kemajuan jaman.
3. Konseling Kelompok
Layanan
konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar pribadi yang
dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu
kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana
komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan
hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya.
Konseling
kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan
individu, dalam arti bahwa konseling kelompok memberikan dorongan dan
motivasi kepada individu untuk membuat perubahan-perubahan dengan memanfaatkan
potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan diri.
Pendekatan
ini menitik beratkan pada interaksi antar anggota, anggota dengan pemimipin
kelompok dan sebaliknya. Interaksi ini selain berusaha bersama untuk dapat
memecahkan masalah juga anggota kelompok dapat belajar untuk mendengarkan
secara aktif, melakukan konfrontasi dengan tepat, memperlihatkan perhatian
dengan sungguh-sungguh terhadap anggota lain. Kesempatan memberi dan menerima
dalam kelompok akan menimbulkan rasa saling menolong, menerima, dan berempathi
dengan tulus. Keadaan ini membutuhkan suasana yang positif antar anggota,
sehingga mereka akan merasa diterima, dimengerti, dan menambah rasa positif
dalam diri mereka.
Dalam
konseling kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok para anggota kelompok
dapat mengembangkan diri dan memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya. Arah
pengembangan diri yang dimaksud terutama adalah dikembangkannya
kemampuankemampuian sosial secara umum yang selayaknya dikuasai oleh individu
individu yang berkepribadian mantap. Keterampilan berkomunikasi secara efektif,
sikap tenggang rasa, memberi dan menerima, toleran, mementingkan musyawarah
untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap demokrtis, memiliki rasa tanggung
jawab sosial seiring dengan kemandirian yang kuat merupakan arah pengembang
pribadi yang dapat dijangkau melalui diaktifkannya dinamika kelompok itu.
Layanan konseling kelompok
memberikan kesempatan kepada anggota kelompok berinteraksi antar pribadi yang
khas, yang tidak mungkin terjadi pada layanan konseling individual. Interaksi
sosial yang intensif dan dinamis selama pelaksanaan layanan, diharapkan tujuantujuan
layanan yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan individu anggota kelompok dapat
tercapai secara mantap. Pada kegiatan konseling kelompok setiap individu
mendapatkan kesempatan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggota.
Kelompok dapat juga dipakai untuk belajar mengekspresikan perasaan, menunjukan
perhatian terhadap orang lain, dan berbagi pengalaman.
Pendekatan interaksional merupakan
pendekatan yang digunakan dalam layanan konseling kelompok. Pendekatan ini
menitikberatkan pada interaksi antar anggota, anggota dengan pemimipin kelompok
dan sebaliknya. Interaksi ini selain berusaha bersama untuk dapat memecahkan
masalah juga anggota kelompok dapat belajar untuk mendengarkan secara
aktif, melakukan konfrontasi dengan tepat, memperlihatkan perhatian dengan
sungguh-sungguh terhadap anggota lain.
Kesempatan memberi dan menerima
dalam kelompok akan menimbulkan rasa saling menolong, menerima, dan berempathi
dengan tulus. Keadaan ini membutuhkan suasana yang positif antar anggota,
sehingga mereka akan merasa diterima, dimengerti, dan menambah rasa positif
dalam diri mereka.
4. Konseling Kelompok untuk
Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa
Konseling kelompok merupakan tempat
bersosialisasi dengan anggota kelompok dimana masing-masing anggota kelompok akan
mamahami dirinya dengan baik. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela
menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam
kepribadiannya, selain itu dalam layanan konseling kelompok ketika dinamika
kelompok sudah dapat tercipta dengan baik ikatan batin yang terjalin antar
anggota kelompok akan lebih mempererat hubungan diantara mereka sehingga
masing-masing individu akan merasa diterima dan dimengerti oleh orang lain,
serta timbul penerimaan terhadap dirinya sendiri.
Keefektifan layanan konseling
kelompok telah banyak dibuktikan dalam berbagai penelitian eksperimen, antara
lain penelitian yang dilakukan oleh Atik Siti Maryam dengan judul “ Keefektifan
Layanan Konseling Kelompok dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa”. Penelitian
ini bertujuan untuk mencari pengaruh layanan konseling kelompok terhadap
kepercayaan diri siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh
Partono dengan judul “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok terhadap Pengembangan
Kecerdasan Emosional”. Pada bagian membina hubungan diperoleh data bahwa
sebelum mendapatkan layanan konseling kelompok sebesar 74% dan setelah
mendapatkan layananan konseling kelompok meningkat menjadi 79% dan pada bagian
mengelola emosi diperoleh data bahwa sebelum mendapatkan layanan konseling
kelompok sebesar 78% dan setelah mendapatkan layanan konseling kelompok
meningkat menjadi 82%.
Konseling kelompok sebagai layanan
yang dipandang mempunyai kontribusi yang penting bagi kelompok sangat membantu
siswa untuk meningkatkan penyesuaian diri. Corey (1985) menerangkan bahwa
konseling kelompok sangat berguna bagi remaja karena memberikan kesempatan
untuk mengekspresikan perasaan, konflik dan merealisasikan bahwa mereka senang
berbagi perhatian dalam kelompok. Corey (1985: 9) juga menerangkan bahwa
konseling kelompok remaja mempunyai keunikan memberikan kesempatan untuk
menjadi instrumen bagi perkembangan pribadi orang lain, karena kesempatan untuk
berinteraksi sangat membantu situasi kelompok sehingga para anggotanya dapat
menyampaikan apa yang diinginkan dan dapat saling membantu dalam hal pengertian
dan penerimaan diri.
0 komentar:
Posting Komentar