Menurut H. Bonner (dalam Slamet Santoso, 1992:15) “Interaksi
sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana
dilakukan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain atau sebaliknya”.
Sedangkan Abdul Syani (1994:154). memberikan pengertian interaksi
sosial sebagai berikut: ” Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan sosial
timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan
kelompok-kelompok manusia.” Didalam interaksi sosial berlangsung hubungan individu
yang satu dengan individu yang lain, dimana individu yang pertama menyesuaikan
dirinya dengan individu yang lain, dan yang lain terhadap yang pertama.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi
sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana individu
yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki
tingkah laku individu tersebut yang dapat dilakukan secara individu dengan individu
lainnya, dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang lain.
2. Faktor-faktor yang
Mendasari Interaksi Sosial
Menurut Soejono Soekanto (2005:69) factor yang mendasarai
terjadinya interkasi social yaitu, imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Imitasi
berasal dari bahasa latin imitatus yang berarti meniru. Menurut A. Baduran
Ross dan Ross “Imitasi adalah penguatan pengalaman orang lain (Vicarious reinforcement)”. (Malcom,
1985:117). Sedangkan menurut Gabriel Tarde (dalam Soelaiman Joseof, 1977:37). manusia
pada dasarnya individualis tetapi untunglah ada kesanggupan untuk meniru dan
inilah yang memungkinkan terciptanya kehidupan sosial (sosial interaction) itu berkisar pada proses imitasi” Dari kedua
pendapat itu dapat dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial dapat terjadi
karena proses imitasi yaitu peniruan dan penguatan pengalaman lain.
Sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana
seseorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah
laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Menurut W.A. Gerungan (1996:61)
terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi yaitu, Sugesti
karena hambatan berfikir, Sugesti karena pikiran terpecah-pecah (disosiasi),
Sugesti karena otoritas, Sugesti karena mayoritas, Sugesti karena “will to believe”
Orang yang karena hambatan berfikir akan melaksanakan begitu
saja apa yang dianjurkan orang lain tanpa ada pertimbangan-pertimbangan
terlebih dahulu. Hal itu mudah terjadi apabila orang tersebut pada waktu
dikenai sugesti berada dalam keadaan ketika cara-cara berfikir kritis itu sudah
agak terhambat-hambat dan sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosional.
Sugesti itu juga terjadi pada diri orang yang mengalami disosiasi
dalam pikirannya, yaitu apabila pemikiran orang itu mengalami keadaan terpecah
belah. Hal ini dapat terjadi, misalnya apabila orang yang bersangkutan menjadi
bingung karena ia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu
kompleks bagi daya penampungnya.
Orang-orang cenderung menerima pandangan atau sikap-sikap
tertentu apabila pandangan atau ucapan itu disokong oleh mayoritas kelompoknya.
Orang-orang cenderung menerima suatu pandangan atau ucapan apabila pandangan
atau ucapan itu disokong oleh mayoritas kelompoknya. Sugesti ini juga disebut
sugesti karena keinginan untuk meyakini dirinya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain” (W.A Gerungan, 1996:67). Identifikasi
dilakukan orang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi. Pada
anak usia 7-12 tahun, karena ia sudah mulai berkembang di sekolah maka tempat
identifikasi dapat beralih dari orang tuanya kepada orang lain yang dianggapnya
lebih terhormat atau bernilai tinggi misalnya guru.
Simpati adalah
perasaan tertariknya orang yang satu terhadap yang lain”. (W.A Gerungan,
1996:69). Simpati hanya dapat berkembang dalam suatu kerja sama antar dua atau
lebih orang, yang menjamin terdapatnya saling mengerti. Justru karena adanya simpati
itu dapat diperoleh saling mengerti yang mendalam. Jadi faktor simpati dan
hubungan kerjasama yang erat itu saling melengkapi yang satu dengan yang
lainnya.
3. Syarat Terjadinya
Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto (1996:71) suatu interaksi sosial
tidak akan terjadi bila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:
a. Adanya
kontak sosial
Terjadinya kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung
dari tindakan, tetapi juga adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Seorang
siswa yang tidak aktif bertanya tidak
akan terjadi kontak sosial dengan temannya. Demikian juga dengan belajar
kelompok tanpa adanya diskusi antar individu tidak akan terjadi kontak sosial.
Dalam pergaulan, kontak sosial ini dapat bersifst
positif atau negatif. Kontak sosial dilakukan positif jika mengarah pada
kerjasama, dan dikatakan positif jika mengarah pada kerjasama, dan dikatakan negatif
jika mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan
interaksi sosial.
b. Komunikasi
Sementara itu, arti terpenting dari komunikasi adalah
bahwa seseorang memberikan tafsiran pada prilaku orang (yang berwujud
pembicaraan, gerak-gerik badaniyah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang
ingin disampaikan oleh orang tersebut.
4. Hambatan dalam
interaksi Sosial
Setiap siswa pasti menginginkan hubungan yang baik dengan
teman-temannya di lingkungan kelas. Namun melakukan hubungan yang baik terhadap
lingkungannya bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa siswa yang kurang dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya, baik secara sosial maupun
pribadi.
Penyesuaian diri yang buruk biasanya disebabkan oleh rasa
rendah diri pada siswa tersebut. Rasa rendah diri yang berlebihan merupakan
perasaan yang dapat menghambat seseorang dalam mengadakan interaksi sosial. Hal
ini sesuai dengan pendapat Zakiyah Darajat (dalam Eny Sulistiyorini, 1996:16)
berpendapat bahwa:
Rasa rendah
diri menyebabkan orang lekas tersinggung karena itu ia akan menjauhi pergaulan
dengan orang banyak, tidak berani mengungkapkan pendapatnya (karena takut
salah) tidak berani bertindak atau mengambil inisiatif (takut tidak diterima
orang).
Rasa rendah diri ini diindikasikan sebagai salah satu
penerimaan diri yang buruk pada siswa tersebut. Seorang siswa yang merasa rendah
diri dan bergaul dengan teman-temannya dapat menghambat terjalinnya hubungan
sosial yang akrab, sehingga proses interaksi sosialnya dengan orang lainpun
akan ikut terganggu. Jadi hambatan dalam interaksi sosial dapat timbul karena
adanya perasaan rendah diri dan menjauhkan diri dari pergaulan dengan temannya.
0 komentar:
Posting Komentar