Kamis, 13 Oktober 2011

Interaksi Sosial

1.      Pengertian Interaksi Sosial
Menurut H. Bonner (dalam Slamet Santoso, 1992:15) “Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana dilakukan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya”.
Sedangkan Abdul Syani (1994:154). memberikan pengertian interaksi sosial sebagai berikut: ” Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan sosial timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok-kelompok manusia.” Didalam interaksi sosial berlangsung hubungan individu yang satu dengan individu yang lain, dimana individu yang pertama menyesuaikan dirinya dengan individu yang lain, dan yang lain terhadap yang pertama.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana individu yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki tingkah laku individu tersebut yang dapat dilakukan secara individu dengan individu lainnya, dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang lain.

2.      Faktor-faktor yang Mendasari Interaksi Sosial
Menurut Soejono Soekanto (2005:69) factor yang mendasarai terjadinya interkasi social yaitu, imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Imitasi berasal dari bahasa latin imitatus yang berarti meniru. Menurut A. Baduran Ross dan Ross “Imitasi adalah penguatan pengalaman orang lain (Vicarious reinforcement)”. (Malcom, 1985:117). Sedangkan menurut Gabriel Tarde (dalam Soelaiman Joseof, 1977:37). manusia pada dasarnya individualis tetapi untunglah ada kesanggupan untuk meniru dan inilah yang memungkinkan terciptanya kehidupan sosial (sosial interaction) itu berkisar pada proses imitasi” Dari kedua pendapat itu dapat dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial dapat terjadi karena proses imitasi yaitu peniruan dan penguatan pengalaman lain.
Sugesti dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana seseorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Menurut W.A. Gerungan (1996:61) terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang  memudahkan sugesti terjadi yaitu, Sugesti karena hambatan berfikir, Sugesti karena pikiran terpecah-pecah (disosiasi), Sugesti karena otoritas, Sugesti karena mayoritas, Sugesti karena “will to believe
Orang yang karena hambatan berfikir akan melaksanakan begitu saja apa yang dianjurkan orang lain tanpa ada pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu. Hal itu mudah terjadi apabila orang tersebut pada waktu dikenai sugesti berada dalam keadaan ketika cara-cara berfikir kritis itu sudah agak terhambat-hambat dan sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosional.
Sugesti itu juga terjadi pada diri orang yang mengalami disosiasi dalam pikirannya, yaitu apabila pemikiran orang itu mengalami keadaan terpecah belah. Hal ini dapat terjadi, misalnya apabila orang yang bersangkutan menjadi bingung karena ia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks bagi daya penampungnya.
Orang-orang cenderung menerima pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila pandangan atau ucapan itu disokong oleh mayoritas kelompoknya. Orang-orang cenderung menerima suatu pandangan atau ucapan apabila pandangan atau ucapan itu disokong oleh mayoritas kelompoknya. Sugesti ini juga disebut sugesti karena keinginan untuk meyakini dirinya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain” (W.A Gerungan, 1996:67). Identifikasi dilakukan orang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi. Pada anak usia 7-12 tahun, karena ia sudah mulai berkembang di sekolah maka tempat identifikasi dapat beralih dari orang tuanya kepada orang lain yang dianggapnya lebih terhormat atau bernilai tinggi misalnya guru.
 Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap yang lain”. (W.A Gerungan, 1996:69). Simpati hanya dapat berkembang dalam suatu kerja sama antar dua atau lebih orang, yang menjamin terdapatnya saling mengerti. Justru karena adanya simpati itu dapat diperoleh saling mengerti yang mendalam. Jadi faktor simpati dan hubungan kerjasama yang erat itu saling melengkapi yang satu dengan yang lainnya.                                                           
3.      Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto (1996:71) suatu interaksi sosial tidak akan terjadi bila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:
a.       Adanya kontak sosial
Terjadinya kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Seorang siswa yang tidak aktif  bertanya tidak akan terjadi kontak sosial dengan temannya. Demikian juga dengan belajar kelompok tanpa adanya diskusi antar individu tidak akan terjadi kontak sosial.
Dalam pergaulan, kontak sosial ini dapat bersifst positif atau negatif. Kontak sosial dilakukan positif jika mengarah pada kerjasama, dan dikatakan positif jika mengarah pada kerjasama, dan dikatakan negatif jika mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan interaksi sosial.



b.      Komunikasi
Sementara itu, arti terpenting dari komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada prilaku orang (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniyah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
4.      Hambatan dalam interaksi Sosial
Setiap siswa pasti menginginkan hubungan yang baik dengan teman-temannya di lingkungan kelas. Namun melakukan hubungan yang baik terhadap lingkungannya bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya, baik secara sosial maupun pribadi.
Penyesuaian diri yang buruk biasanya disebabkan oleh rasa rendah diri pada siswa tersebut. Rasa rendah diri yang berlebihan merupakan perasaan yang dapat menghambat seseorang dalam mengadakan interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Zakiyah Darajat (dalam Eny Sulistiyorini, 1996:16) berpendapat bahwa:
Rasa rendah diri menyebabkan orang lekas tersinggung karena itu ia akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak, tidak berani mengungkapkan pendapatnya (karena takut salah) tidak berani bertindak atau mengambil inisiatif (takut tidak diterima orang).

Rasa rendah diri ini diindikasikan sebagai salah satu penerimaan diri yang buruk pada siswa tersebut. Seorang siswa yang merasa rendah diri dan bergaul dengan teman-temannya dapat menghambat terjalinnya hubungan sosial yang akrab, sehingga proses interaksi sosialnya dengan orang lainpun akan ikut terganggu. Jadi hambatan dalam interaksi sosial dapat timbul karena adanya perasaan rendah diri dan menjauhkan diri dari pergaulan dengan temannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites