This is Me

what you think.

My Tumblr

click this image to visit My Tumblr.

Trauma Counseling

Galery Photo's About This.

So Beautiful

Hmmmm...

Dia Selalu Mebuat Ku Bahagia.

Rabu, 19 Oktober 2011

Skripsi

Sebuah kata yang sering membuat mahasiswa semester akhir gemetar, grogi, takut, bahkan trauma, padahal kegiatan ini pada saat ini telah disederhanakan dan lebih mudah disbanding masa lalu. Trauma-trauma berawal dari stigma tanpa data lebih menjadi kendala yang tercipta secara tak sengaja, bahkan hanya dibangun dari cerita dan derita kakak kelas dan perasaan khawatir ketidak beranian yang sering juga terjadu karena prejude tak berdasar!
Skripsi adalah puncak mahasiswa berkarya menunjukkan kualitas yang selama ini ia pelajari selama 3-4 tahun, atau lebih!! Sayangnya sering mereka justru mendustai diri sendiri atau bercerita tentang kesulitan bukan dinamikanya, sehingga membuat sang adik kelas mendapatkan pengalaman atau paling tidak cerita buruk disbanding suka cita ketika menemukan berbagai kegembiraan seorang ilmuwan yang ia lakoni untuk beberapa waktu meskipun masih stereotip bentukan .
Skripsi sering dimaknai secara sederhana sebuah skrip atau naskah yang dimainkan selama babak sandiwara dimainkan dari awal hingga purna. Proposal sebagai pembuka dan ujian pendadaran atau ujian skripsi yang sering dikatakan sang ketua sebagai bimbingan akhir, tak termaknai secara memadai hingga kebiasaan berpikir negative berbuah cerita turun temurun hingga mambangun sebuah trauma yang sebenarnya tidak ada!
Skripsi adalah sebuah karya mahasiswa, meskipun sering para pembimbing mengintervensi hingga ke ide, hingga seluruh ide mahasiswa terkikis yang ada adalah ide pembimbing, akibatnya mahasiswa menjadi robot yang menjalankan ide sang pembimbing. Tetapi ini telah terkikis dan yang tersisa hanyalah para pembimbing konvensional yang ingin melestarikan wibawa, tetapi biasanya malah tidak berwibawa karena yang ia berikan yang hanya ia bisa dan tak mau belajar menyertai mahasiswa.
Skripsi itu pencarian atau paling tidak pembuktian atau malah sedang ingin merubah situasi yang telah ada dari gagasan mahasiswa yang masih langka. Pembimbing adalah mereka yang dipandang lebih dewasa dalam perilaku dan tata karma pengkajian yang sering menjadi metodologi itulah nama yang dibakukan, namun sering ada yang hanya numpang nama dengan berdalih memudahkan tetapi justru membuat mahasiswa setelah selesai pun tak memiliki makna!
Bagaimana mengikuti pemikiran mahasiswa dengan sedikit pengarahan agar mahasiswa mengerti jalannya, bukan membuat jalan baru baginya. Biarlah mahasiswa menjadi dewasa bertanggungjawab atas yang mereka bisa dan dipertanggungjawabkan dalam meja yang sepertinya menghadapkan sang hakim, jaksa, dan terdakwa! Semoga ini segera sirna menjadi sebuah kelompok berdampingan membuat pemecahan dunia bukan peniru semata atau sekedar tipu-tipu untuk cepat wisuda!
Kadang mereka memang belum berani membuat berbeda, karena memang mereka tidak dibiasakan berbeda! Dia piker yang sama itulah yang utama, mereka beranggapan yang berbeda itu berdosa karena tidak bisa menyamakan dengan pesan sponsor sang pembimbing yang malah banyak yang belum terbiasa membuat karya yang berbeda, bahkan menulis pun belum terbiasa dan menyandarkan kuasa yang ia punya karena diberi dengan alakadarnya karena ia anggota suatu dewan yang disebut dosen semata!
Mahasiswa pun banyak yang merasa sok bisa hingga melambungkan keyakinannya, bahwa ia lebih pintar pembimbing yang memiliki sedikit kuasa, akhirnya berbentur norma dan jadilah korban bergelimpangan antara yang merasa bisa dan sang dosen yang tak mau terlanggar kuasanya!
Seharusnya mereka duduk bersama, berdiskusi dan memecahkan masalah bersama, tetapi tak jarang mahasiswa tidak berbicara ketika berjumpa, justru berkicau dibalik kaca jendela untuk sekedar mencerca karena sang dosen tidak menuruti yang mahasiswa minta! Sebaliknya, sang dosen juga sering memaksakan karsanya tanpa mau memandang bahwa mahasiswa telah mampu berjalan dengan titik kemampuannya, bukan karena tuntunannya!
Membaca itu menjadi kunci, tetapi tidak semata, karena menuangkan hasil bacaan menjadi idea tau karya simpulan argument semata pun tidak ia bisa! Ia hanya mengambil tanpa telaah dan ia cukup bangga hanya mengutip semata, tanpa analisis dan tanpa membandingkan, tanpa menelusuri juga tanpa mencari makna yang ada di dalamnya!
Berargumentasi dalam untaian kata-kata menjadi kalimat bermakna, bukan hal sulit. Latihan sepanjang waktu memang harus dilakukan, bukan menuai padi tanpa menanamnya atau hanya ingin skripsi beli tanpa ujian semata, yang penting wisuda menghadirkan ayah bunda, meski hatinya tersenyum kecut karena sarjananya tiada makna!
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian…. ……in malas mahasiswa lakukan, ini tidak praktis katanya…. Akibatnya………………bersakit-sakit dahulu dan akhirnya mati kemudian…….barulah mereka menyesal karena kebanggaan yang mereka pamerkan dengan memakai toga kebesaran hanyalah symbol kebohongan belaka……
Jangan terjadikan ini kawan! Karena kalian sebenarnya bisa …meskipun pembimbingmu kadang tak bisa, tetapi sampaikan sambil belajar berkomunikasi bagaimana menyampaikan ide dan sesuai cara pembimbing Anda, maka berbagai keterampilan anda akan punya………..dan anda menjadi dewasa dalam arti yang sebenarnya!

Bicara Cinta..Hmmmm

Kali ini aku ingin bercerita tentang cinta , bicara masalah cinta memang  paling mengasyikkan….
Berbicara masalah cinta, adalah berbicara masalah hati anak manusia dengan lawan jenisnya ( yang normal ).
Berbicara masalah cinta adalah berbicara masalah perasaan . Berbicara masalah rasa, hanya orang -orang yang pernah merasakan dan yang bisa memahaminya saja .
Ibarat orang yang tidak pernah makan nasi pecel, ia tidak akan pernah mengerti bagaimana rasa  nasi pecel itu…karena ia tidak pernah merasakan nasi pecel….meski diceritain begini dan begitu rasa nasi pecel itu .Berbeda dengan orang yang pernah makan nasi pecel ,ia akan sangat mengerti bagaimana “nasi pecel” itu begitu namanya disebut.
Bersyukurlah bila hari ini kita masih merasakan cinta, meski mungkin tidak bisa memiliki apa yang kita cintai , Karena mungkin diantara kita ada yang sudah mati rasa terhadap cinta itu sendiri .
Seringkali banyak orang bicara tentang cinta ,Tapi cinta macam apa wujudnya?”
Dalam kehidupan kita, biarpun tanpa cinta, dan di saat kita sendirian, tampaknya selalu ada “seseorang” yang mendampingi kita. Dengan kata lain, kita selalu didampingi cinta. Tapi kita sering tak tahu. Dan kita tak menyadarinya. Maka, kita pun selalu bertanya pada diri sendiri apa makna cinta yang sebenarnya .
Sebab ada dua jenis macam cinta yang aku ketahui.
Pertama, cinta dalam bentuk kata-kata. Cinta jenis ini mungkin tampak cerdas, penuh argumen, penuh penjelasan, dan karena itu bisa menggema ke mana-mana.
Tapi cinta macam ini agak mudah diobral. Soalnya cinta jenis ini bisa diperoleh dengan cepat dan risikonya  pun bisa dilupakan dengan cepat pula. Cinta, jatuh cinta, dan menerima cinta, menjadi urusan teknis dan rutin, seperti urusan birokrasi kantor saja .
Kedua cinta jenis seperti dalam renungan Kahlil Gibran,
“Cinta tidak memiliki ataupun dimiliki, Karena cinta telah cukup untuk cinta ,Cinta tiada berkeinginan selain untuk mewujudkan maknanya”
Dan sepertinya bagi Gibran, bila benar orang memiliki cinta, maka ia tak akan berkata “Tuhan ada di dalam hatiku”, melainkan sebaliknya: “Aku berada di dalam Tuhan”.
Jenis cinta  ini jelas bukan cinta hiasan bibir, melainkan mahkota hati. Ini bukan cinta sekedar polesan di bibir, melainkan cinta yang diam, tak terukur, tak bisa dipamerkan di depan siapa pun.
So , seperti tulisan di atas tadi…cinta yang sebenarnya hanya bisa di rasakan karena cinta bukanlah sebuah dongeng yang harus di beritakan ke mana-mana .
Cinta bagai misteri datang dan pergi tanpa permisi. Kita tak perlu mencarinya karena cinta akan datang pada waktu yang tepat.
Lalu bagaimana dengan perasaan yang telah  kita punya saat diri kita  ditinggal ama cinta ?
Simpanlah dalam-dalam cinta tersebut. Kenanglah sebagai bagian dari pengalaman hidupmu. Menangislah jika perlu. Berbahagialah karena kita  pernah dicintai, berbahagialah karena cinta pernah ada dihati kita .
Bagaimana pula  jika  cinta itu  hilang dalam sebuah perkawinan ?
Dalam suatu perkawinan, cinta adalah cinta yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan kepada suami/istri dan kepada anak (jika ada). Kamu nggak bisa pergi begitu saja dengan mengatakan “Aku tak mencintai kamu lagi.” Bagi anda yang mencintai, ubahlah makna  cinta menjadi KASIH.
Karena Kasih itu sabar ..Kasih itu tidak cemburu…Kasih menerima apa adanya dan memberi yang ada .Jika seseorang yang memiliki kasih ia tak akan melupakan cintanya . Kasih itu mengampuni dan memaafkan, Kasih adalah ”Cinta Sejati” karena berasal dari Tuhan. Tanamkan Kasih di hatimu sejak awal maka Cinta kamu tak akan hilang .
Cinta akan lebih indah dinikmati kalau datangnya dengan cara alami. Jadi , tak perlu dipaksakan untuk mencarinya . Berhentilah mencari cinta tetapi jangan pernah berhenti untuk menjadi pribadi yang patut di cintai , dengan begitu cinta akan datang dengan sendirinya .

Sejarah Kata “Lo” dan “Gue”

Kata “Lo” dan “Gue” emang merupakan kata yang sudah sangat lama digunakan oleh masyarakat di Indonesia khususnya di Jakarta. Kedua kata ini sangat populer digunakan oleh masyarakat sejak tahun 70-an sampai saat ini. Kata “Lo” yang berarti kamu dan “Gue” yang artinya saya atau aku, sering digunakan karena terkesan simple dan santai untuk orang yang sebaya. Tapi kata “Lo” dan “Gue” ini akan sangat tidak sopan digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dari kita. Dan dari pengalaman saya, kata “Lo” dan “Gue” ini mulai eksis digunakan oleh warga Malaysia dan Singapura. Ya mungkin disebarkan sama TKI-TKI yang kerja disana !!!

Pada mulanya sih saya kira kedua kata ini merupakan bahasa asli dari suku Betawi, karena kedua kata ini banyak di gunakan oleh masyarakat Betawi dan menyebar ke seluruh masyarakat yang tinggal di Jakarta bahkan keluar negeri. Karena saya sangat tertarik oleh asal-muasal kedua kata ini, mulailah saya mencari informasinya. Dan yang bikin saya kaget, ternyata kedua kata ini merupakan kata-kata yang berasal dari China. Kedua kata ini juga sudah dipergunakan sejak abad ke 16 dimana banyak para pedagang China yang berdatangan ke Indonesia termasuk Jawa dan Jakarta.




Kata “Gue” dan “Lo” ini berasal dari bahasa Mandarin Hokkien yang merupakan bahasa China. Ini merupakan tulisan kata “Gue/Gua” yang berarti “Saya/Aku” menurut bahasa Mandarin Hokkien (我),dan yang satu ini adalah tulisan kata “Lo/Lu” yang berarti “Kamu/Anda” menurut bahasa Mandarin Hokkien (ä½ ). Maksud dari bahasa Mandarin Hokkien adalah bahasa Mandarin yang telah disederhanakan.
Tapi pertanyaan saya adalah kenapa kok kedua kata ini paling sering digunakan oleh masyarakat Jakarta??? Dan pertanyaan gw terjawab karena pada masa kedatangan China di abad 16, kedua kata ini sangat eksis di setiap daerah di Indonesia. Namun pada masa kolonial Belanda, pusat perdagangan adalah Jakarta dimana para pedagang lebih banyak yang mampir ke pelabuhan Sunda Kelapa pada masa itu, termasuk juga para pedagang China. Tidak hanya itu, para warga China pun banyak yang menetap di Jakarta dan juga mengenalkan tradisi dan bahasa mereka kepada masyarakat Jakarta sampai saat ini. Alasan lain juga karena dari semua daerah di Indonesia, hanya Jakarta lah yang terbuka dengan budaya dan bahasa dari negara lain sehingga bahasa-bahasa dari China, Belanda, dan negara lain cepat berkembang dan terus digunakan sampai saat ini.
source:EntertaimentGeek

Munculnya Teori Pembelajaran

Apa itu teori? Pertanyaan yang mungkin tidak mudah untuk dijawab, sebagian karena ada berbagai opini yang berbeda mengenai apa yang seharusnya sebuah teori dan fungsi apa yang seharusnya dijalankan oleh sebuah teori. Dalam pengertian luas, teori adalah interpretasi sistematis atas sebuah bidang pengetahuan yang digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati. Dari semua teori yang ada belum semuanya tersusun secara sempurna, pasti memiliki persoalan dan perbedaan yang membedakannya dengan teori lainnya, dan memiliki perubahan dari masa ke masa. Ada beberapa teori yang muncul untuk mengetahui mengenai pola belajar manusia. Yang pada intinya mereka peduli mengenai pembelajaran sebagai upaya untuk mengoptimalkan kegiatan belajar. Ada beberapa persoalan yang membedakan teori-teori pembelajaran yang dapat dikelompokkan menurut bagaimana teori itu dapat menjawab beberapa persoalan dasar dan pelaksanaannya termasuk pembentukan teori yaitu menggunakan variabel perantara atau tidak dan sifatnya koneksionis atau kognitif, berkaitan dengan penguatan, pembelajaran yang harus dianalisis pada level molar atau level molekuler, teori disajikan secara formal atau informal, luas cakupan teori, sejauh mana penekanan diberikan pada pengaruh aspek bawaan terhadap perilaku dan pada pengaruh batasan-batasan biologi terhadap pembelajaran, dan mengenai kepraktisan.
Seperti apapun nantinya bentuk teori pada masa yang akan datang, sebagian dari kita harus bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya teori-teori yang ada pada saat ini dengan berbagai kekurangannya. Psikologi pembelajaran terapan memiliki arti penting bukan hanya sebagai cara menempatkan teori-teori dalam penggunaannya yang praktis melainkan juga sebagai cara untuk memperbaiki teori-teori tersebut dan studi terapan dapat membantu untuk memastikan kondisi-kondisi batas yang ada pada teori tersebut dan juga dapat digunakan untuk memodifikasi teori lama atau membangun teori baru. Jika sebuah teori yang bertolak dari data laboratorium digunakan untuk memprediksi sebuah situasi terapan, dan prediksi itu tidak terbukti, berarti kejadian ini menunjukkan bahwa teori tidak sesuai dengan kondisi tersebut. Namun teori tersebut mungkin sesuai untuk memprediksi situasi lain. Masing-masing teori pembelajaran menekankan aspek tertentu dalam proses pembelajaran yang perlu kita pertimbangkan. Semuanya berfungsi memperkaya pemahaman kita terhadap situasi-situasi pembelajaran yang kita amati dan membantu kita menemukan solusi atas problema pembelajaran praktis yang kita hadapi.
Ada beberapa teori tentang belajar yaitu: teori behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental (tidak mengakui adanya bakat dan kecerdasan). Teori kognitif membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Manusia belajar dengan menggunakan kemampuan kognisinya, Teori konstrukvisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Pengetahuan yang dimiliki tergantung dari usaha manusia itu sendiri. Dalam aliran humanisme memandang bahwa belajar bukan sekadar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan afektif, dan psikomotorik.
source: Endro.P

Muda dan Galau

Galau itu merupakan wilayahnya orang muda, sangat heran adalah orang muda yang tidak galau. Yang tidak boleh dalam kegalauan itu adalah kegalauan yang berlanjut, karena itu bukan sifat asli hati , sifat asli hati yaitu : Menyakit, meragu, menjelas dan menghilang dari kejelasan
Maka dari itu kita membicarakan Muda dan galau dan bagaimana kita mengambil kekuatan dan keuntungan dari kegalauan agar kita menjadi pribadi yang berhasil semuda mungkin.
Apakah usia Tua merasakan galau?
Ada, hanya patokannya seperti ini, kegalauan bagi orang tua adalah kemandegan bagi orang tua itu sendiri dan merupakan tanda pertumbuhan bagi orang muda. Jadi kalau orang tua galau artinya kemampuannya tidak sesuai dengan beban hidupnya. Tetapi bagi anak muda adalah sebuah kewajaran karena  anak muda itu problemnya adalah ketidakjelasan, ketidakpastian, belum damainya dengan kesalahan di masa lalu, lalu kebiasaan menggunakan kesalahan di masa lalu sebagai penduga kebaikan masa depan. Kalau kita menggunakan kesalahan masa lalu sebagai penentu kebaikan di masa depan maka orang ini tidak berbahagia karena hidup di masa lalu dengan badan hidup di masa kini. Jadi muda dan galau itu wajar dan  kita tidak pernah kehilangan kualitas itu  sampai kita menjadi orang yang  super, lalu kegalauan digunakan menjadi tanda bahwa kemampuan kita mencapai batasnya. Dan sebenarnya ini merupakan perintah menghadap kepada Tuhan untuk meminta kekuatan lebih. Jadi bagi yang muda Galau itu perintah untuk mendapatkan kejelasan .
Kegalauan mengenai karir, saat ini memiliki pekerjaan yang sudah jelas, tetapi dengan berjalannya waktu kita meningkatkan diri dan kompetensi sehingga muncul kesempatan untuk karir yang baru, pertanyaannya, apakah kita tetap di karir yang lama atau pindah ke karir baru yang belum jelas?
Sebab dari banyak kegalauan yaitu,  salah berharap, tidak berharap kepada Tuhan tetapi berharap kepada pekerjaan. Mengalihkan harapan dari pemberi rejeki kepada organisasi. Mari kita murnikan dahulu bahwa selalu ada rejeki dimanapun kita berada. Kebanyakan rejeki datang pada siang hari, kecuali untuk orang - orang tertentu yang memang diharuskan bekerja di malam hari. Nah, dari sini bisa diketahui banyak orang berharap di satu tempat, walaupun dia disiksa dalam kerendahan, tidak mengeluarkan dirinya ke tempat yang menghormatinya, jadi karir itu bukan pekerjaan, bukan tempat dan bukan organisasi. Carreer is Within you, kalau kita pantas di bayar mahal, maka kita pantas di bayar mahal di manapun. Apabila kita pribadi yang diterima, maka kita akan diterima di manapun. Banyak orang membatasi kehebatan dirinya dengan pendapat kecil mengenai dirinya.  Maka orang yang mau sembuh dari penyakit galau  harus belajar menghormati dirinya. Lihat diri kita sebagai pemimpin masa depan, sebagai orang yang mampu. Sekarang muda dan tidak dihormati itu wajar, karena semua orang menganggap hanya yang tua yang berhasil, hanya yang kaya yang berhasil, tapi muda yang mengubah dunia selalu diberikan waktu itu, katakan lihat saya nanti.
Galau yang tepat itu seperti apa? Lebih baik galau karena bingung memilih daripada damai  karna acuh terhadap pertumbuhan , nasehat enjoy saja bisa sangat berbahaya, mengabaikan keharusan untuk memilih dan menyembunyikannya didalam kesibukan kebisingan yang menutupi kejelasan logika bisa berbahaya dan ini bisa menjelaskan kepada kaum tua kenapa dia masih bingung sementara temannya yang lain sudah damai. Galau itu adalah kesedihan atau belum jelasnya pilihan dalam hidup. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan. Dan orang muda itu pemimpi, dan orang muda yang paling mudah strees. Imajinasi itu membesarkan kesedihan, imajinasi membesarkan kegalauan. Jadi orang yang kreatif adalah orang yang mudah galau. Karena orang kreatif membayangkan sesuatunya meskipun itu belum terjadi. Dan orang yang galau dan semakin galau harus sadar bahwa dia memilliki kemampuan yang dahsyat untuk membayangkan yang hebat sekali. Imajinasi kata albert eisntein “more important than knowledge”. Imajinasi lebih penting dari pengetahuan, karena kita bisa membayangkan proses mencapai keberhasilan. Banyak orang membayangkan    keberhasilan tapi tidak membayangkan  proses berhasil. Banyak orang membayangkan keberhasilan tapi  juga membayangkan penderitaan dari kegagalan, lalu mengapa kita menggunakan rahmat yang namanya imajinasi untuk mengecilkan hati kita sendiri.
Bagaimana menyikapi rasa galau yang berasal dari diri sendiri dan galau karena sebab orang lain? Ada sebagian orang yang mudah galau dan sebagian lagi tidak. Apabial kita galau? Apakah galau kita untuk sesuatu yang penting. Jangan tangani semua kegalauan, sebagian besar  kegalauan lebih baik diabaikan. Mengapa setiap kicauan burung, kicauan orang mengganggu kedamaian kita? Kita harus bisa berkata “this is my life” “I Run it” “the way I want it”. Saya pemimpin bagi kehidupan saya sendiri, kalau saya salah biarkan saya salah karena keputusan saya, kalau saya benar kamu juga untung.
Kata kata apa yang kita gunakan untuk melawan galau? Katakan kepada diri kita ” jangan Galau” . sebagaian besar orang yang galau merasakan kegalauan karena sedang tidak mengetahui. Tidak sedang berhadapan dengan orang, tidak sedang menggembirakan orang, tidak sedang memuliakan ibundanya. Orang yang galau itu sedang gila, melihat ke dinding. Maka dari itu libatkanlah diri kita dalam pergaulan dengan orang - orang yang kekuatan pribadinya, yang ketertaikannya kepada kehidupan menghapus semua ketertarikan kita untuk galau.  Dan kita di nilai dari teman - teman kita.
Saatnya Poling  ”Saat orang orang muda galau dan ingin berbagi  rasa dan penguatan dengan siapa biasanya mereka lebih nyaman ?”
A.      Orang Tua dan Guru (25%)
B.      Teman - teman sebaya (62%)
C.      Penasehat Spiritual dan Psikolog.(13%)
Yang memilih A, alasannya merasa lebih percaya diri dan merasa terbuka ketika mengkosultasikan dengan orang tua dan guru. Intinya kedekatan dengan orang tua.
Yang memilih B, karena teman sepenanggungan , sama yang dirasakan. Dan ini betul juga,  teman sebaya juga sama bingungnya (tapi bisa sharing) memang tepat. Yang terjadi adalah orang bingung sharing dengan orang bingung. Apakah ini akan menyelesaikan masalah? Biasanya malah akan memperburuk keadaan. Jadi diskusi dengan teman sebaya malah akan memperburuk. Tapi apakah cara ini salah, kalau mereka mencari tempat untuk merasa aman dengan teman - temannya (tidak) hal ini dikarenakan teman - temannya lebih bersahabat dibandingkan orangtuanya. Teman-temannya mendengar sementara orang tuanya tidak, melainkan langsung marah.
Yang memilih C, karena penasehat spiritual l itu lebih menjadi penengah dan menasehati kalau kita punya masalah dengan orang tua. Maka akan diarahkan untuk tidak membenci orang tua melainkan lebih sayang terhadap orang tua.
Kegalauan itu adalah masa dimana kita membutuhkan kasih sayang. Orang yang galau sedang tidak mapan karena harus bergerak maju. Dan yang dibutuhkan adalah kasih sayang karena kasih sayang adalah tenaga yang mendorong bagi kebaikan.  Cinta mengharuskan kebaikan, apabila kita mencintai, baik anak, kekasih, orangtua, yang sedang galau bantu dia untuk menemukan kekuatan untuk maju, bukan di kritik. Yang menyelesaikan kegalauan adalah persahabatan. Yang menggalaukan di antara hubungan cinta adalah rendahnya persahabatan , rendahnya persahabatan sama dengan pengabaian dan pengabaian adalah pembunuh cinta terkejam. Kegalauan adalah getaran yang memungkinkan kita didorong bergerak menuju sesuatu yang penting.
Bagaimana memanage galau, agar kita bisa menjadi pribadi yang mapan dan bisa untuk membahagiakan keluarga kita sendiri  ? kalau kita galau tolong diingat bahwa yang kita khawatirkan sekarang akan menjadi kecil sekali nanti. Harus diingat keberhasilan selalu berpihak kepada kita, apabila kita patuh terhadap perilaku yang baik.  Tanpa strategi apapun, kita akan mendewasa menjadi lebih besar dari pada hal - hal yang mengganggu kita. Kalau ada yang mengkhawatirkan bagi kita, kita harus melakukan cek…. Seperti ini, apakah ini baik bagiku? Kalau tidak, Tinggalkan. Apakah ini akan menjadikanku lebih siap? Jika iya  maka tetaplah khawatir. Kita membutuhkan khawatir untuk tumbuh menjadi kuat daripada yang kita khawatirkan..
Ketika galau apa yang kita alami? Hati sifat utamanya adalah naik dan turun. Ketika di bawah kita menyebutnya galau, ketika diatas kita menyebutnya super atau well done. Kita akan bekerja pada titik atas atau ketika dititik galau. Dimana kita berada, disitu kita harus tetap bekerja dengan baik karena waktu itu sedang berjalan, baik ketika kita sedang diatas ataupun sedang galau. Lakukanlah apa yang perlu dilakukan dalam perasaan apapun karena ini yang membangun hormatnya orang. Mengeluh, menyalahkan orang, adalah perilaku orang kecil yang pangkatnya tinggi.
Bagaimana caranya kaum muda, yang galau itu bisa bertindak sebijak orang yang sudah mapan dalam keadaan galau yang sama? Wajah dari orang muda itu terbuat dari plasticin (lilin / malam) wajah dari orang tua itu terbuat dari lilin yang sudah mengeras. Itu sebabnya orang yang sudah tua dan matang kegalauannya tidak terlihat. Orang yang sudah dewasa tahu, kegalauan ini tangggung jawab pribadinya dan tidak perlu disampaikannya kepada orang lain untuk menambah masalah mereka. Jadi kalau begitu jadilah pribadi yang wajahnya sudah terbentuk, ambilah wajah orang besar dalam sejarah lalu pelajari bentukan otot dan rahang kita untuk mengambil wajah dari Julius Caesar, gajah Mada Dll. Lalu latihlah untuk bertanggung jawab hanya terhadap kegalauan kita sendiri. Karena wajah yang damai tadi , yang kuat tadi, kalau mendamaikan orang cerminannya mendamaikan kita sendiri. Yang kita lakukan demi kedamaian orang penting bagi kedamaian kita sendiri.
Parameter apa yang kita jadikan acuan bahwa apa yang kita dapatkan sudah merupakan takdir bagi kita? Tidak ada yang lebih sesat daripada orang yang beragama yang salah mengartikan agamanya. Seperti takdir, suratan, kita harus hati - hati, rejeki sudah ditentukan Tuhan (Betul)Contoh : Kalau saya rajin saya dapat 1 M, Kalau setengah rajin dapat 500 JT, kalau malas dapat 0 (atau bahkan hutang) .Jadi kalau begitu Tuhan sudah menetapkan Rejeki bukan pada jumlahnya tapi lebih kepada caranya. Maka dari itu gunakan cara yang menjadikan kita kaya, cara yang menjadikan kita berwibawa. Cara bukan jumlah.
Katakan bila kita dalam keadaan tersesat, kamu hilang ya? Katakan tidak, saya tidak sedang hilang, saya hanya berada ditempat yang saya belum kenal. Dengan sikap seperti ini kita tidak akan menjadi galau. Saya tidak bingung, saya hanyasedang banyak pertimbangan, orang seperti ini ditambah dengan kekuatan tidak tahu malu, tidak akan galau. Maka dari itu mulai dari sekarang, jangan rendahkan diri kalau kita salah. Jangan anggap diri kita “a failure in life” bila kita gagal atau kita nakal. Katakan seperti ini, kalau akau gagal, salah atau nakal itu buka criminal, tapi lucu. Bagi anak muda. Tapi bagi orang tua salah itu membutuhkan perbaikan. Jadi bukan galaunya yang menjadi focus kita tetapi  membangun pribadi yang santai kalau gagal. Karena kegagalan adalah kewajaran bagi orang yang mengupayakan keberhasilan. Kalau kita tidak ramah terhadap kegagalan, lalau bagaimana mungkin keberhasilan akan terletak dengan indahnya di meja kita. Maka mulai hari ini marilah kita menjadi pribadi yang ramah terhadap semua hal yang dicoba.  Kalau orang lain katakan tidak mungkin, maka kita katakan biar aku yang coba. Kalau ada orang yang mengatakan itu sudah perah di coba dan gagal, maka katakan  ijinkan saya mencoba dengan cara saya. Dan ingat, orang galau adalah orang yang membutuhkan kasih sayang.  Maka bergaulah dengan orang - orang yang penuh kasih, jangan mendekatkan diri kepada orang yang suka menilai kita dari kelemahan, yang mengkritikkan, yang sebagian orang tidak ikhlas melihat temannya berhasil. Dan merayakan kegagalan orang.
“GALAU ITU SEMENTARA TAPI KEBERHASILAN KITA ITU HAK”

Catatan Kecil dari Mario teguh

Rahasia Otak Bayi dalam Mempelajari Bahasa

Sebagian besar orang susah mempelajari bahasa baru disaat umur mereka masuk kedalam katagori dewasa, kenapa demikian?, apa yang membuat seseorang sulit untuk beradaptasi dengan bahasa yang baru di dengar/dipelajari?. dan bukan sebuah rahasia bahwa anak kecil akan lebih mudah mempelajari bahasa ketimbang orang dewasa. kenapa anak-anak mudah menangkap/memahami bahasa baru?
Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan di Amerika menunjukkan fakta yang sangat mengejutkan tentang rahasia otak bayi. banyak orang menganggap remeh kemampuan seorang bayi dalam memahami sesuatu, kalau anda beranggapan demikian maka anda termasuk orang yang salah besar. penelitian yang baru saja dilakukan di Seattle, sebuah negara bagian di Amerika menunjukkan bahwa seorang bayi dapat memahami bahasa apapun di seluruh dunia ketika berumur kurang dari satu tahun, penelitian yang dilakukan melibatkan beberapa bayi yang berumur kurang dari 1 tahun. bayi2 ini sengaja dibiasakan terlibat dengan bahasa baru. bayi dari amerika dibiasakan dengan bunyi kata2 bahasa jepang dan sebaliknya. fakta mengejutkan adalah disaat bayi berumur rata-rata 6-8 bulan mereka memiliki kemampuan yang sama dalam mendeteksi bahasa atau respon terhadap bahasa baru. apa yang mengejutkan adalah ketika seorang bayi berumur 9-10 bulan menunjukkan perkembangan yang signifikan terhadap respon mereka pada bahasa. sehingga pakar dibidang bahasa dalam hal ini menyimpulkan bahwa seorang bayi akan belajar bahasa lebih cepat pada umur 9-10 bulan (batas akhir sebelum menjelang 1 tahun). pada umur inilah seorang ibu disarankan sering mempraktekkan bahasa kepada anaknya sehingga kemampuan bahasa seorang anak akan berkembang seiring bertambahnya umur. membiasakan seorang anak untuk mendengarkan bahasa baru pada 2 bulan ini akan membuat seorang anak belajar bahasa 10 x lipat bahkan lebih dibandingkan dengan seorang anak berusia 8 tahun ke atas. kenapa demikian?, sebuah statistik yang dihasilkan dari penelitian di bidang bahasa menunjukan bahwa. ketika seorang anak berusia 1 tahun maka mereka akan mempelajari bahasa dengan sangat mudah, tidak masalah bahasa apa yang diperdengarkan kepada mereka, karena otak seorang bayi akan secara otomatis menangkap suara dan diproses kedalam otak dengas sistem yang sangat alami dan secara otomatis membuat si bayi merekam kata2 tersebut dan mulai memahami secara perlahan ketika kata-kata yang sama di ulangi secara berangsur2.
Anak-anak yang mulai memasuki tahun kedua sampai ketujuh (2-7 tahun) masih memiliki kemampuan mempelajari bahasa dengan sangat mudah. para pakar bahasa menjelaskan bahwa umur 1-7 tahun adalah masa yang sangat tepat untuk mengajari bahasa baru kepada seorang anak. kenapa dmikian?, hal ini disebakan karena pada saat anak berusia 7 tahun keatas kemampuan memahami bahasa akan semakin menurun, usia 8-10 tahun seorang anak masih dalam katagori mudah memahami bahasa sampai umur mereka berada pada tenggang antara 11-15 tahun. dan fakta dari penelitian menyebutkan bahwa seorang anak ketika berumur 15 tahun ke atas akan sangat sulit memahami bahasa karena kemampuan otak mendeteksi kata-kata baru dalam bahasa baru akan bekerja lebih lambat dibandingkan sistem kerja otak seorang bayi yang berumur 6-12 bulan. bahkan statistik menunjukan pada umur 17-19 tahun (dewasa) seseorang berada pada level terendah untuk mempelajari bahasa baru.
Kita adalah pendengar yang dibatasi budaya (culture-bound listener) .kita hanya dapat membedakan suara dalam bahasa sendiri namun tidak dalam bahasa lain. kapan seseorang tidak hanya menjadi pendengar yang dibatasi budaya atau dengan kata lain memahami suara terbatas pada bahasa sendiri. dalam hal ini para peneliti mengungkapkan bahwa umur 1 tahun adalah batas akhir seseorang mampu membedakan suara dari bahasa manapun dan ini mampu dilakukan oleh seorang bayi tidak perduli darimana asal mereka dan suara bahasa apa yang mereka dengar.
Hal yang sangat bermanfaat bagi seorang ibu adalah membiasakan berbicara pada seorang bayi disaat mereka berusia 8-10 bulan, ini adalah 2 masa penting (critical two-month period), masa perkembangan bunyi (sound development). pada 2 bulan inilah masa-masa seorang bayi sangat mudak mendeteksi bunyi apapun yang mereka dengar dan secara otomatis menyimpan apa yang mereka dengar kedalam otak mereka. membiasakan seorang bayi dengan bunyi bahasa baru dengan mempraktekkan/menggerakkan sebuah benda juga akan membuat bayi mendeteksi makna sebuah kata dengan lebih mudah dan cepat. sehingga kata-kata tersebut akan mudah untuk direspon ketika diulangi dengan gerakan yang sama.
Bayangkan jika pada umur 2 bulan ini anda meluangkan waktu untuk berbicara dengan bayi anda maka dengan mudah mereka akan memahaminya  seiring bertambahnya umur. jadi biasakan bayi anda mendengarkan bunyi-bunyi bacaan alquran disaat umur 8-10 bulan maka insyaallah mereka akan belajar membaca alquran lebih cepat ketika umur mereka menginjak 7 tahun, bunyi yang mereka dengar akan secara otomatis tersimpan di otak mereka dan dengan mudah memanggilnya kembali (recall) disaat mereka mengulangnya. begitu juga dengan bahasa, ajari bayi anda mengenal bunyi-bunyi huruf, kata atau kalimat pada masa kejayaan (8-10 bulan). tidak perduli mereka harus paham dengan bunyi yang anda perdengarkan, tapi cukup biarkan mereka mendengar sesering mungkin maka dengan demikian otak mereka akan bekerja secara otomatis untuk merekamnya tanpa perlu memahami tata bahasa yang rumit.
semoga bermanfaat,

Fenomena Anak Berbakat dan Penanganannya

Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus” (Pasal 5, ayat 4).
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya” (pasal 12, ayat 1b).
(Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional)
Siapapun ingin, memiliki buah hati yang berprestasi. Namun pengertian prestasi yang dipahami oleh orang tua kebanyakan hanyalah  “nilai raport dengan angka yang tinggi”. Semakin tinggi angkanya, semakin senang mereka. Padahal prestasi yang demikian hanyalah prestasi dibidang akedemis. Tak salah memang mengharapkan anak mendapatkan nilai akedemis yang tinggi. Siapa yang tak bangga bila putra / putrinya mendapat angka 9 untuk pelajaran matematika, atau IPA, dua pelajaran yang menjadi momok di sekolah. Namun sebaiknya kita juga harus fair, sistem pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengakomodir berbagai kecerdasan yang ada pada setiap siswa, yang ada hanyalah kurikulum yang menguraikan target kompetensi di setiap pelajarannya. Hingga tak heran bila banyak “mutiara-mutiara” berserakan yang luput dari pengamatan. Mereka adalah anak yang memiliki bakat khusus di bidang tertentu, namun tidak terdeteksi di sekolah. Padahal pemerintah telah mengakomodir keistimewaan potensi anak berbakat ini dalam wadah undang-undang. Mengapa keberadaan  anak berbakat terkadang luput dari perhatian pihak sekolah? Setidaknya ada dua alasan untuk bisa menjelaskannya, yaitu :
  1. Generalisir bukan uniquely
Perlakuan guru sebagai personal maupun sekolah sebagai lembaga masih memperlakukan siswa sama halnya seperti tukang sablon kaos. Setiap baju harus disablon dengan warna, gambar dan model yang sama, sehingga terciptalah ribuan baju yang sama dengan proses yang sama pula. Padahal kenyataanya tidak semua baju bisa disablon, sablon hanya cocok dengan baju berbahan kaos, itupun tidak semua kaos cocok untuk disablon. Bagaimana dengan kaos bermotif, kaos rombeng compang camping atau baju safari? Akan jadi apa bila dipaksakan untuk disablon?
Artinya perlakuan yang sama terhadap semua siswa akan memandulkan potensi anak itu sendiri. Seperti anak yang diibaratkan kaos rombeng compang camping, yaitu anak yang  kesehariannya sama sekali tidak ada keistimewaaanya, sering jadi “trouble maker”, selalu mendapat nilai jelek, bila terus dipaksakan disablon seperti kaos yang lainnya, maka hasilnya tak akan bagus, malah sebaliknya. Kaos rombeng compang camping, mengapa tidak dijadikan kostum untuk pementasan drama atau musik? Bukankah akan nyata kebermanfaatannya? Begitu pula dengan anak berbakat yang diibaratkan baju safari, bila diperlakukan sama seperti kaos yang lain dengan disablon  maka akan merusak baju safari tadi. Kesimpulannya setiap siswa adalah unik, jangan digeneralisir. Proseslah mereka sesuai dengan potensi dan bakatnya masing-masing seharusnya : uniquely bukan generalisir !
2. Pemahaman keliru
Banyak orang dewasa menghargai prestasi anak hanya dari tingginya nilai raport, sebaliknya anak akan kurang mendapat apresiasi bila semua nilai di raportnya jeblok, seakan tidak ada kebanggan di sana. Padahal siapa tahu diantara anak yang nilainya jeblok itu terdapat anak yang berbakat. Berapa banyak anak berbakat yang memiliki kecerdasan naturalis dan berpotensi menjadi ahli botani,  animalogi atau peneliti. Namun, karena tak bisa menjawab perhitungan rumit matematika atau tak kuasa menghafal tahun dan  peristiwa bersejarah, maka ia luput dari perhatian orang dewasa di sekitarnya. Atau anak yang dicap pendiam, menarik diri, pemalu dengan prestasi yang biasa-biasa saja, padahal sebenarnya ia adalah anak berbakat yang memiliki  kecerdasan eksistensial, laiknya plato atau Socrates! Jadi tak selamanya anak berbakat hanyalah sekumpulan anak dengan IQ tinggi, bisa menghitung cepat, mampu merecall semua data entry, dsb. Sebagai contoh; Galang Rambu Anarki putra Iwan Fals, sama sekali tidak menonjol di sekolah, semua nilainya hancur, sekolahpun jarang masuk. Namun di usia sangat muda (SD) ia sudah bisa memainkan berbagai alat musik, membuat lagu, mengaransemen, dan tampil di berbagai panggung. Artinya ia adalah anak berbakat di bidangnya yaitu musik. Demikian pula dengan Ali (bukan nama sebenarnya) kapten tim kesebelasan AC Milan Indonesia yang berhasil menjuarai turnamen sepakbola Internasioanal di Italia. Ia adalah anak dari orang tua tidak mampu, dengan prestasi sekolah yang tidak baik pula. Tapi sebenarnya ia adalah anak berbakat di bidangnya, yaitu sepak bola. Jadi, ubahlah paradigma bahwa anak berbakat hanyalah anak yang memiliki prestasi akedemis yang tinggi di sekolah.
Solusi
Anak berbakat akan merasa frustasi bila diperlakukan sama dengan anak lainnya, seperti perumpamaan “sablon kaos” di atas. Robert Boyle, bapak ilmu kimia yang menemukan “Hukum Boyle” saja memutuskan untuk keluar SD, karena merasa bosan dan jenuh di sekolah karena dalam banyak hal pemikiran dan kemampuannya di atas teman-temannya, bahkan  guru-gurunya pun merasa kewalahan dengan sikap kritisnya. Oleh karenanya harus ada penanganan khusus bagi anak anak berbakat, seperti :
1)      Menyiapkan perangkat khusus di sekolah bagi anak berbakat, sehingga tanpa harus dipisahkan dari anak
lainnya,    kemampuan dan bakatnya tetap dapat dimaksimalkan
2)      Program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat
3)      Home-schooling, pendidikan non formal di luar sekolah (Thomas Alva Edison, Hellen Keller, Robert Boyle
adalah  siswa home schooling di masanya)
4)      Menyiapkan guru yang dapat melakukan pendekatan individual, walau harus mengajar di kelas
konvensional, dilengkapi dengan program sekolah yang jelas sofe ware/hard warenya.
5)      Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.
Kelimanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun setidaknya ada usaha untuk tidakterjadi proses pembiaran terhadap para anak berbakat ini, sehingga bakat dan potensinya tidak hilang percuma.

Doni.S

Adakah Manusia Bodoh..??

“Dasar kamu bodoh”. itulah salah satu contoh umpatan yang dialamatkan kepada manusia yang tidak atau belum mempunyai kemampuan yang diinginkan oleh sang pengumpat. Hal ini diperparah dengan adanya tes IQ yang katanya sebagai alat ukur yang valid untuk mengukur cerdas atau tidaknya manusia. manusia yang mempunyai skor IQ 90 ke bawah dikatakan manusia bodoh sedangkan manusia yang mempunyai IQ diatas 140 dikatakan manusia cerdas. Padahal tes IQ hanya mampu mengukur kecerdasan matematis logis, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan spasial. Yang berarti manusia yang tidak menonjol di ketiga kecerdasan di atas dikatakan manusia bodoh?
Untungnya, Howard Gardner seorang ahli psikologi dari Harvard mengemukakan ada 8 kecerdasan, yaitu:
1. Kecerdasan Matematis-logis
adalah kemampuan untuk menggunakan angka-angka secara efektif (misal: sebagai matematikawan,akuntan pajak, atau statistikawan) dan dapat memikirkannya dengan baik(misal seorang ilmuwan, programer komputer atau logikawan). Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola dan hubungan logika, pernyataan dan menarik kesimpulan(jika-maka, sebab akibat), fungsi dan hubungan abstrak lainnya. Proses mental di atas menggunakan kecerdasan matematis-logis meliputi mengkategori, mengklasifikasi, menginterferensi, menggeneralisasi, mengkalkulasi dan pengujian hipotesis.
2. Kecerdasan linguistik
adalah suatu kecerdasan menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan (misal seorang pendongeng, orator, atau politikus) atau tertulis (misal: penulis puisi, pemain sandiwara, editor, atau jurnalis). Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi sintaksis atau struktur bahasa, fonologi atau tata bunyi bahasa, semantik atau maksud dari bahasa, dan kemampuan praktis bahasa. Berbagai macam kemampuan ini digunakan untuk retorika (menggunakan bahasa untuk meyakinkan orang lain untuk melakukan sesuatu), mnemonik (menggunakan bahasa untuk mengingat informasi), eksplanasi(menggunakan bahasa untuk menginformasikan sesuatu) dan metalanguage (menggunakan bahasa untuk berbicara pada diri sendiri)
3. Kecerdasan spasial adalah
Adalah kemampuan untuk memahami dunia visual spasial secara akurat( misal, sebagai pemburu, anggota kepanduan, atau pemandu wisata) dan mengubahnya walaupun kasat mata (misal, sebagai seorang dekorator interior, arsitek, seniman,atau penemu). Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna, garis, bidang, susunan, ruang dan hubungan diantara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan untuk memvisualisasi, mempresentasikan visual grafis dan menempatkannya dengan sepantasnya dalam sebuah matriks spasial.
4. Kecerdasan musikal
adalah suatu kemampuan untuk mengerti (misal sebagai anngota grup musik), mengkritisi (misal: sebagai kritikus musik), mengubah(misal sebagai komposer) dan mengekspresikan (misal sebagai pemain musik) komposisi musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan dalam irama, melodi, dan warna nada atau timbre dalam sebuah potongan musik. Seseorang yang mempunyai kecerdasan ini dapat mengerti musik secara intuitif maupun formal (analisis dan teknis) atau keduanya.
5. Kecerdasan interpersonal
adalah suatu kemampuan untuk mengerti dan membedakan suasana hati, tujuan, motivasi dan perasaan orang lain. Kemampuan ini meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah,suara dan gerak-gerik; kemampuan untuk membedakan berbagai macam isyarat interpersonal; dan kemampuan untuk meresponnya secara efektif isyarat-isyarat ini dalam keseharian(misal mempengaruhi dan memobilisasi sekelompok orang untuk melakukan sesuatu)
6. kecerdasan intrapersonal
adalah suatu kemampuan untuk menginstropeksi diri sendiri dan dapat menggunakan kemampuannya untuk beradaptasi. Kecerdasan ini meliputi kemampuan untuk menginstrospeksi diri sendiri (mengerti kekuatan dan kekurangannya); mengendalikan suasana hatinya, tujuan, motivasi, temperamen, keinginan; dan mempunyai kemampuan untuk mendiplinkan diri sendiri, mengerti diri sendiri, dan dapat menghargai diri sendiri.
7. Kecerdasan Kinestetik
adalah keahlian dalam menggunakan seluruh badannya untuk mengekspresikan ide dan perasaannya (misal: sebagai aktor, operator stensil, atlet atau penari) dan cakap menggunakan tangannya untuk membuat atau mengubah sesuatu(misal: sebagai tukang, pemahat patung, mekanik, atau dokter bedah). Kecerdasan ini meliputi kemampuan mengolah tubuh seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan dengan taktis.
8. Kecerdasan naturalistik
adalah keahlian untuk menghargai dan mengklasifikasi berbagai macam spesies - tumbuhan dan hewan – di lingkungan alaminya. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap fenomena alam lain (misal: susunan awan, gunung dan lain-lain) dan, dalam kasus pertumbuhan di lingkungan urban, kemampuan untuk memisahkannya dengan benda mati seperti mobil, sepatu karet dan cover CD.
9. Dan beberapa kecerdasan lain yang masih diperdebatkan keberadaannya.
Menurut Howard Gardner semua manusia mempunyai kedelapan kecerdasan diatas (dan semua bisa dikembangkan) tetapi ada satu dua kecerdasan yang menonjol. sehingga tidak ada manusia yang “bodoh”, yang ada hanya manusia yang belum termotivasi, belum sadar kecerdasan mana yang menonjol dan belum mengembangkan kecerdasannya. kalau melihat teori Multiple Intelligence,  tidak ada yang namanya cerdas turunan atau bodoh turunan.
Sehingga tidak adil rasanya, ada stigma manusia bodoh hanya karena ia tidak menguasai kemampuan yang dihargai oleh masyarakat. karena setiap manusia unik dan mempunyai berbagai macam kombinasi dari kecerdasan yang telah dikemukakan oleh Howard Gardner. Tinggal bagaimana manusia menghargai dan mengembangkan kecerdasan yang telah dianugerahkan kepadanya.

Sedikit Tentang Hendoisme

edonisme berasal dari bahasa Yunani (Hedone) yang berarti kesenangan. Anggapan awal paham ini adalah manusia selalu mengejar kesenangan hidupnya, baik jasmani ataupun rohani. Pencetus paham ini adalah Aristipos dan Epikuros. Mereka melihat bahwa manusia melakukan setiap aktivitas -pasti- untuk mencari kesenangan dalam hidupnya. Dua filsuf ini menganut dua aliran yang berbeda. Aristipos lebih menekankan kesenangan badani atau jasad seperti makan, minum, dll. Epikuros lebih menekankan kepada kesenangan rohani seperti bebas dari rasa takut, bahagia, tenang batin, dll. Kedua filsuf ini setuju bahwa harus ada sifat pengendalian diri pada saat melaksanakan ide tersebut.
Apabila dipahami secara mendalam, ada beberapa kelemahan dari Hedonisme ini, pertama anggapan bahwa setiap aktivitas manusia adalah untuk mencari kesenangan pribadinya. Tapi apakah benar hal tersebut adalah tabiat manusia yang memotivasi setiap tingkah laku kita? Jawabannya adalah, tidak! Contohnya orang tua kita, mereka bekerja untuk mencari uang, tetapi setelah mendapat penghasilan uangnya malah diberikan pada kita. Seandainya mereka melakukan hal tersebut untuk kesenangan pribadinya (seperti yang menjadi konsepsi dasar Hedonisme) mereka tidak akan memberikan uang hasil usahanya kepada kita. Malahan mungkin saja akan bersenang-senang untuk mereka sendiri dan tidak ada sepeser pun uang tersebut untuk kesenangan kita. Jadi, motif mereka bukanlah untuk kesenangan pribadi belaka, tetapi merupakan konsekuensi logis kewajiban orang tua kepada keluarganya. Hal ini menunjukkan bahwa konsep Hedonisme (mengenai setiap tingkah laku manusia bertujuan untuk mencari kesenangan pribadinya) adalah keliru, karena banyak manusia yang menunda kesenangan pribadi dan malah berkorban demi orang lain.
Kesalahan kedua dari Hedonisme adalah dalam memandang baik dan buruk. Hedonisme memandang bahwa sesuatu yang baik adalah sesuatu yang kita senangi dan yang buruk adalah sesuatu yang tidak kita senangi. Namun baik-buruk, terpuji-tercela bergantung kepada selera atau perasaan individu. Selera tiap individu pastilah berbeda, hal ini akan menimbulkan pandangan subjektif terhadap baik dan buruk, efek dari perbedaan standar ini adalah benturan keinginan tiap individu yang akan menghasilkan konflik antar individu.
Kerancuan ketiga dari konsep Hedonisme adalah paham ini serba individual dan tidak menyentuh tataran sosial dalam pembahasannya. Hedonisme akan mendorong manusia untuk memenuhi kesenangan yang bersifat individual, dia akan lebih memprioritaskan kesenangan dirinya dibandingkan kesenangan orang lain. Hal ini akan menyebabkan hilangnya rasa persaudaraan, cinta kasih, dan kesetiakawanan sosial. Adapun dengan konsep pengendalian diri yang ditawarkan malah menunjukkan bahwa sang pembuat ide telah melihat kesalahan dari ide yang dibuat, jadi ditambahkanlah konsep pengendalian diri sebagai penawar dari racun yang dia buat sendiri.
Tidak terasa tapi efeknya tak terduga, paham ini terus berlangsung dan merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang berkedok mencari bibit-bibit penyanyi berbakat atau sejenisnya. Bila kita lihat secara jeli ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme. Acara ini tentunya membutuhkan kocek yang tebal untuk memfasilitasi para kontestannya, tapi bila kita lihat keadaan bangsa kita yang sedang krisis ekonomi (hasil survey UNDP 66,1% orang Indonesia ada di bawah garis kemiskinan). Kita bisa menyimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, di satu sisi keadaan perekonomian bangsa kita sedang krisis tapi di sisi lain acara menghambur-hamburkan uang makin marak.
Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah, gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil dan jumlah pengangguran yang membludak tapi hal ini tidak membuat para peserta acara tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka malah sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya tereliminasi, terekstradisi, dijemput, dikartu merah, dll. Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi mereka. Ini adalah bukti Hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di negeri ini.
Last but not least, solusi praktis bagi pribadi kita yaitu janganlah sekali-kali mau dibodohi sama para pengusung Hedonisme ini, kesenangan yang mereka tawarkan hanyalah kesenangan semu yang bukannya membahagiakan tapi malah menghancurkan. Terus kalau kita sudah memahami bahayanya, kita jangan mengerti sendirian tapi juga harus mengajak temen-temen supaya jangan terjebak oleh ranjau hedonisme..semoga

Sertifikasi dan Peningkatan Kualitas Guru

Salah satu parameter kemajuan suatu negara dapat diukur dengan kualitas pendidikannya. Dan kualitas pendidikan suatu bangsa sesungguhnya lebih banyak ditentukan oleh kualitas guru yang memberikan pelayanan pendidikan pada sebuah satuan pendidikan atau yang lebih populer dengan istilah sekolah. Hal ini sangat beralasan karena guru adalah orang yang paling sering bersentuhan lansung dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Artinya keberhasilan sebuah proses pembelajaran salah satunya sangat ditentukan oleh kualitas guru dalam mengorkestrasi pembelajaran.
Masalahnya tidak semua guru di Indonesia mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didiknya.
Atas dasar itu pemerintah berupaya untuk meningkatkan kulitas guru Salah satunya adalah lahirnya Undang-undang Guru dan Dosen pada tahun 2005 yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan guru melalui program sertifikasi
Program ini sebenarnya diawali dari sebuah hipotesis bahwa guru yang profesional dan berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi. Sebaliknya, jangan harap seorang guru akan profesional jika kesejahteraannya tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari.
Sudah hampir enam tahun program sertifikasi berjalan dan puluhan ribu guru sudah dinyatakan lulus sertifikasi dan otomatis menerima tunjangan profesi yang cukup besar perbulannya. Tapi ternyata program tersebut tidak berkorelasi positif dengan peningkatan kualitas pelayanan pendidikan guru yang sudah tersertifikasi dalam proses pembelajaran. Mereka tidak berubah. Mereka tetap mengajar biasa-biasa saja. Bahkan di beberapa sekolah ada indikasi bahwa progresifitas guru-guru yang sudah mendapat tunjangan profesi cenderung menurun. Artinya hipotesis bahwa guru yang profesional dan berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi perlu dikaji ulang lagi.
Menurut penulis, ada dua hal yang patut diduga menjadi penyebab tidak terciptanya korelasi yang positif antara program sertifikasi yang digulirkan pemerintah dengan peningkatan kualitas guru. Pertama, kekeliruan pembacaan guru terhadap makna profeonalisme. Banyak guru yang mengkalim telah menjadi guru profesional ketika mereka sudah memenuhi persyaratan administratif sertifikasi berupa pembuatan portofolio, dinyatakan lulus, mendapatkan sertifikat, dan tentu saja mendapat tunjangan profesi perbulannya. Artinya guru profesioanl dalam pandangan mereka adalah guru yang sudah sejahtera. Maka ketika kesejahteraan itu sudah diraih, tidak ada lagi kewajiban bagi mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka sehingga menjadi pribadi yang lebih baik, khususnya dalam memberikan pelayanan pendidikan terhadap anak didik.
Harus diakui bahwa iming-iming tunjangan profesi yang akan diberikan kepada guru yang dinyatakan lulus sertifikasi mempunyai daya tarik tersendiri bagi para guru. Tidak sedikit guru yang mengikuti sertifikasi bukan untuk meningkatkan kualitas dalam kapasitas mereka sebagai guru, tapi mengejar tunjangan profesi. Maka tidak heran kalau akhirnya sertifikasi hanya melahirkan guru-guru yang bermental pedagang, yaitu guru yang selalu menggunakan prinsip ekonomi dalam berbagai aktivitas pembelajaran. Parahnya, yang dijadikan patokannya adalah hak yang mereka terima. Setelah hak-nya diperoleh, barulah kewajiban mereka akan dilaksanakan bergantung besarnya hak yang mereka terima. Guru ini pada awalnya merasa profesional, namun akhirnya akan terjebak dalam ”kesombongan” dalam bekerja. Artinya proses pengajaran yang dilakukan oleh guru pada akhirnya akan sangat situasional. Ketika menguntungkan secara finansial, mereka akan bersungguh-sungguh memberikan pengajaran maksimal. Sebaliknya, ketika tidak ada keuntungan finansial, mereka pun akan mengajar biasa-biasa saja dan cenderung asal-asalan.
Kedua, kurangnya pengawasan pemerintah terhadap kinerja guru pascasertifikasi. Banyak guru yang sudah disertifikasi berpikir, untuk apa lagi meningkatkan kompetensi profesi, la wong sertifikat pendidik profesional pun sudah dikantongi. Oleh karena itu, pengawasan dan pembinaan kinerja guru pascasertiifkasi perlu ditingkatkan agar kesejahteraan guru yang meningkat berkorelasi positif dengan peningkatan kompetensi profesinya.
Terlepas dari pro kontra tentang munculnya program sertifikasi untuk meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan guru, namun usaha itu perlu kita apresiasi dengan berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja sehingga bisa memberikan layanan pendidikan terbaik terhadap anak didik. Usaha pemerintah untuk meningkatkan pemerintah dan kesejahteraan guru akan menjadi absurd seandainya guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas tidak melakukan perbaikan dari dalam diri mereka sendiri.
Salah satu cara meningkatkan kompetensi guru keinginan guru untuk terus belajar setiap waktu. Belajar memahami kondisi anak yang beragam untuk kemudian mencari metode pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar anak. Sehingga keragaman anak sebagai kodrat bisa terakomodasi dan terfasilitasi. Guru yang mengklaim dirinya profesional karena kesejahteraanya meningkat tapi tidak mau belajar mengikuti perkembangan anak dan metode pemebelajaran kontemporer merupakan lonceng kematian bagi dunia pendidikan

Bagaimanakah Cara Guru Menilai Peserta Didiknya?

Seorang guru dituntut untuk menguasai kemampuan memberikan penilaian kepada peserta didiknya. Kemampuan ini adalah kemampuan terpenting dalam evaluasi pembelajaran. Dari penilaian itulah seorang guru dapat mengetahui kemampuan yang telah dikuasai oleh para peserta didiknya. Mengetahui kompetensi dasar (KD) apa saja yang telah dikuasai oleh peserta didik dan segera mengambil tindakan perbaikan ketika  terjadi nilai peserta didiknya lemah atau kurang sesuai dengan harapan. Dari penilaian yang dilakukan oleh guru itulah, guru melakukan perenungan diri dari apa yang telah dilakukan.
Prof. Dr. H. Arief Rachman pernah mengatakan kepada kami para guru di Labschool Jakarta bahwa ada 4 kesadaran yang penting bagi seorang guru atau pendidik dalam memberikan penilaian. Keempat kesadaran itu adalah:
  1. Sense of goal (tujuan)

  2. sense of regulation (keteraturan)

  3. sense of achievement (berprestasi)

  4. sense of harmony (keselarasan)
Berangkat dari keempat kesadaran itulah seharusnya seorang guru melakukan penilaian. Pendidik harus sudah tahu tujuan penilaian itu adalah mengukur kemampuan atau kompetensi siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Setelah guru melakukan penilaian akan terlihat nanti kemampuan setiap siswa setelah guru melaksanakan test atau ujian dan kemudian melakukan penilaian.
Ketika guru telah memahami benar tujuan pembuatan soal yang sesuai dengan indikator dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa, maka guru yang bersangkutan akan dengan mudah membuat soal-soal test yang akan diujikan. Dari situlah guru melakukan bobot penilaian yang telah ditentukan lebih dahulu dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Bila semua itu telah direncanakan dengan baik, maka tujuan pembelajaran akan tercapai. Hal ini terlihat dari prestasi siswa yang menggembirakan.
Dalam melakukan penilaian, seorang guru harus menyadari adanya sense of regulation (keteraturan). Guru harus membuat soal yang penuh dengan keteraturan dan sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat sebelumnya. Ketika keteraturan telah menjadi kesadaran guru bahwa soal dibuat dalam rangka mengetahui kemampuan siswa, maka harus sesuai dengan aturan sekolah. Apakah dibuat dalam bentuk multiply chois atau berbentuk essay. Semua itu bergantung dari kesepakatan di antara sesama dewan guru dalam menentukan bentuk soal dan sistem penilaian.
Penilaian yang dilakukan oleh guru harus mampu membuat setiap siswa berprestasi dan menemukan potensi unik yang dimiliki oleh setiap siswa. Akan terlihat nantinya, siswa mana yang unggul di bidang MIPA (matematika dan Ilmu Pengetahuan alam), olahraga, art (seni), dan lain sebagainya. Di sinilah peran guru yang memiliki kesadaran sense of achiement. Ketika terlihat ada siswa yang mengalami masalah dalam pembelajarannya, maka guru perlu melakukan Achievement Motivation Training (AMT) untuk memberikan motivasi dan semangat kepada siswa bahwa mereka sebenarnya bisa. Hanya mungkin faktor kemalasan yang membuat siswa yang bersangkutan mendapatkan nilai rendah.
Dalam blog akhmad sudrajat yang merupakan teman sejawat penulis, dituliskan bahwa banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment),padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) mengemukakan bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
Sedangkan penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Tes adalah cara penilaian yang dirancang oleh guru, dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
Dari definisi di atas sangat jelaslah pengertian dari Evaluasi, Pengukuran, Tes dan Penilaian (Assessment). Namun demikian, pastilah terjadi perbedaan dalam menguraikan defenisi di atas. Semua itu berpulang dari sudut mana kita melihatnya.

Oleh karena itu penilaian siswa harus memenuhi sense of harmony dimana terjadi keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Ketika itu telah terjadi dalam standar penilaian kita di sekolah, maka siswa akan merasakan keadilan dari nilai yang diberikan oleh guru. Guru dan siswa merasakan bahwa sistem penilaian yang diberikan sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. dimana guru bisa melihat kemapuan setiap peserta didik, dan peserta didikpun merasakan kemampuan apa yang telah dikuasainya.
Akhirnya, penilaian siswa yang dilakukan oleh guru dalam mengetahui kemampuan akademik dan non akademik haruslah mengacu kepada kesadaran yang bertujuan, keteraturan, berprestasi, dan menjadi alunan harmony yang selaras, serasi, dan seimbang.
Guru harus bisa menentukan model penilaian apa yang harus diputuskan. Guru memiliki otoritas dalam penilaian itu, tetapi peran rekan sejawat sebaiknya terperhatikan agar penilaian yang diberikan benar-benar sesuai dengan harapan pendidik, dan peserta didik. Selamat menilai siswa!.

Source:
Om Wijay

Sabtu, 15 Oktober 2011

Trauma Konseling pasaca Gempa 2009 di Pariaman dan Pasaman Barat


Kamis, 13 Oktober 2011

Program Akselerasi

Colangelo (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan.
Pengertian akselerasi ada dua yaitu pertama sebagai model pelayanan, siswa meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya. Kedua sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu.
Dalam hal ini, akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self-paced studies, yaitu siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri.
Calanglo (dalam Hawadi, 2004) mengingatkan bahwa akselerasi sebagai model pelayanan, gagal dalam memenuhi kurikulum deferensiasi bagi anak berbakat. Sebagai model kurikulum, akselerasi akan membuat anak berbakat menguasai banyak isi pelajaran dalam waktu yang sedikit. Anak-anak ini dapat menguasai bahan ajar secara cepat dan merasa bahagia atas prestasi yang dicapainya, di samping segi ekonomis. Secara umum, bentuk akselerasi telescoping menimbulkan masalah pada pihak sekolah sebagai penyelenggara dan guru, terutama dari sisi keterampilan dan manajemen waktu.

1.      Manfaat Akselerasi
Southerm dan Jones (1991) keuntungan program akselerasi bagi anak berbakat:
a.       Meningkatkan efesiensi
Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan  efisien.
b.      Meningkatkan efektivitas
Siswa yang terkait belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilanketerampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif.

c.       Penghargaan
Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
d.      Meningkatkan waktu untuk karier
Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain.
e.       Membuka siswa pada kelompok barunya
Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.
f.       Ekonomis
Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.

2.      Kelemahan Akselerasi
Ada beberapa kelemahan dari program akselerasi yaitu :
a.       Segi akademik
1)            Bahan ajar terlalu tinggi bagi siswa akselerasi.
2)            Kemampuan siswa melebihi teman sebayanya bersifat sementara
3)      Siswa akselerasi kemungkinan imatur secara sosial, fisik dan emosional dalam tingkatan kelas tertentu.
4)      Siswa akselerasi terikat pada keputusan karier lebih dini tidak efisien sehingga mahal.
5)      Siswa akselerasi mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya
6)      Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami karena tidak merupakan bagian dari kurikulum
7)      Tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik konvergen sehingga siswa akseleran akan kehilangan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen.
b.      Segi penyesuaian sosial
1)      Kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebayanya.
2)      Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia sebenarnya dan kehilangan waktu bermain.
c.       Berkurangnya kesempatan kegiatan ekstrakurikuler
d.      Penyesuaian emosional
1)      Siswa akselerasi pada akhirnya akan mengalami burn out di bawah rekanan yang ada dan kemungkinan menjadi underachiever.
2)      Siswa akselerasi akan mudah frsutasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi.
3)      Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites